Puji syukur kepada Allah SWT. yang telah berkenan melimpahkan nikmat hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW. sebaik-baik pendidik dan teladan umat manusia. Tanpa mengurangi rasa hormat, dengan ini kami mengundang Bapak/Ibu pada acara:
Alkisah, sekitar abad ke-16 M., hiduplah seorang bupati yang bernama Pangeran Mangkubumi yang memerintah di daerah Semarang.
Ia adalah putra dari Bupati Pertama Semarang Harya Madya Pandan. Sepeninggal ayahandanya, Pangeran Mangkubumi menggantikan kedudukan sang ayah sebagai Bupati Kedua Semarang dengan gelar Ki Ageng Pandanaran.
Ki Ageng Pandanaran diangkat menjadi kepala pemerintahan Semarang pada tanggal 2 Mei 1547 M, atas hasil perundingan antara Sultan Hadiwijaya (penasehat Istana Demak) dengan Sunan Kalijaga. Raden Pandanaran melanjutkan usaha yang telah dirintis oleh Ayahnya dalam membangun Semarang.
Namun manusia bisa berubah, Raden Pandanaran yang dahulunya arif dan bijaksana, berubah menjadi pemimpin yang tamak, sombong, dan mulai mengumpulkan harta untuk dirinya sendiri. Bahkan Raden Pandanaran juga tidak ragu lagi bersikap kejam. Kekuasaan yang berlebihan ternyata telah merubah orang yang lemah lembut menjadi seorang yang kejam.
Pada suatu hari datanglah Sunan Kalijaga yang menyamar sebagai penjual rumput yang miskin. Ki Ageng Pandanaran menawarkan kepada penjual rumput tersebut untuk bekerja menjadi tukang pencari rumput untuk kuda-kuda KI Ageng Pandanaran.
Namun Penjual rumput tersebut menolaknya. Ki Ageng Pandanaran marah, kemudian penjual rumput mencangkuli tanah ternyata tanah yang dicangkulnya berubah menjadi bongkahan emas.
Ki Ageng Pandanaran merasa heran dengan apa yang dilihatnya. Ternyata penjual rumput tersebut adalah Sunan Kalijaga.
Setelah kedatangan Sunan Kalijaga, Raden Pandanaran pun sadar, bahwa Selama ini telah menyalahgunakan kekuasaannya sebagai Bupati. Beliaupun memperbaiki kesalahannya dan kembali menjadi Bupati yang bekerja dengan tulus untuk rakyatnya.
Konon nama Semarang diberikan olehnya, karena di tempat ia tinggal ditumbuhi oleh pohon asam yang jarang-jarang (bahasa Jawa: asem arang).
@ Tim humas PAUDIH 2024