
“Saya pernah mempunyai seorang murid yang perlu penanganan luar biasa. Murid saya ini tidak berapa lama lagi akan ujian nasional, namun capaian belajarnya jauh dari kata memuaskan. Ia tidak mau mengikuti aturan, enggan belajar dan lain sebagainya. Setelah ditelusuri lebih jauh, banyak catatan-catatan kurang disiplin di administrasinya. Untuk menindak lanjuti, Saya meminta bertemu dengan wali muridnya untuk sharing keadaan tersebut.
Saya berkomunikasi secara hati ke hati, dan kemudian meminta beliau mengingat-ingat, kira-kira sejak kapan anandanya berubah menjadi pribadi yang cenderung melawan aturan.
Kemudian beliau menyampaikan bahwa itu mulai kelas 2 SD, tatkala pulang dengan wajah gembira menunjukkan nilai belajar matematika, saya mengapresiasi, namun ketika ditunjukkan ke ayahnya, beliau mengatakan bahwa nilai itu jauh dibandingkan nilai kakaknya. Kakaknya bagus-bagus nilainya dapat sembilan, sedangkan yang ditunjukkan kala itu nilai empat. Begitu kata wali murid tersebut.
Saya pun akhirnya memberikan keputusan, bahwa demi kebaikan bersama, ayah harus minta maaf kepada ananda. Insyaallah inilah langkah terbaik untuk mengembalikan keyakinan ananda bahwa orang tua mendukungnya.
Wal hasil setelah itu dilakukan, anak tersebut berprogres luar biasa, ia bangkit dan berubah sehingga berhasil melewati ujian nasional dengan hasil di menengah atas.
Itulah kurang lebih kisah pengalaman yang disampaikan trainer Ustadz Mim Saiful Hadi di hari pertama acara pelatihan kepemimpinan LPI Hidayatullah 2023 yang diagendakan berlangsung pada tanggal 10-11 Juli esok (Selasa) 2023.


Hati anak tersebut sebelumnya hancur atas usahanya yang tidak mendapat apresiasi. Nilai empat yang dulu ditunjukkan ternyata adalah hasil perjuangannya yang waktu itu mungkin sudah maksimal. Hal tersebut dianggap tidak layak dibanggakan seperti kakaknya. Padahal nilai yang diperolehnya itu perjuangan yang baginya tidak mudah karena sebelumnya nilainya memang dibawah itu. Ia tidak mendapatkan apresiasi yang baik, dan bahkan malah membuat hatinya terluka dalam hingga terbawa ke pertumbuhannya.
Anak TK menuntaskan motorik
Dalam pelatihan tersebut ustadz Mim juga penting berpesan untuk meluruskan orientasi yang salah dari orang tua yang mempunyai anak usia TK. Banyak orang tua yang berharap terlalu tinggi untuk anaknya untuk mencapai hal-hal yang sebenarnya belum seharusnya diterima anak. Anak TK sudah ada yang diberi berbagai macam les, malah kita juga tahu ada les coding, anak seusia itu belum waktunya untuk mengenal huruf lebih mendalam, apalagi coding. Orang tua harus tahu, bahwa anak TK itu tugasnya adalah menuntaskan perkembangan motorik.
Pembicara spesial yang juga pernah menjabat sebagai kepala sekolah di sebuah lembaga pendidikan di Jawa Timur itu mencontohkan anaknya sendiri, bahwa ke 5 anaknya semua belum bisa membaca bahkan hingga kelas awal kelas 1 SD. Menurut beliau anak akan mengalami distraksi jika terus diberikan beban berlebih. Ibarat membangun sebuah bangunan, ia akan berbentuk, namun akan banyak lubang di sana -sini yang membuatnya rapuh.
Mungkin saat ini ia bisa mengikuti kemauan orang tua, namun pada saatnya nanti ia akan mengalami kejenuhan belajar sehingga malah menghambat prestasinya.

Pesan penting tentang sikap ke anak
Anak merupakan anugerah yang memiliki keistimewaan mereka sendiri-sendiri. Setiap anak unik dan bertumbuh sesuai tahapannya. Mengutip dari laman dinsos.kulonprogokab.go.id, berikut ini ada berbagai sikap yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak;
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan kekerasan, ia belajar untuk melawan
Sebaliknya,
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
Hal yang sebaiknya dihindari
Pendidikan yang utama adalah dari keluarga terutama orang tua. Agar bisa menjadi acuan bersikap, berikut ada beberapa hal yang sebaiknya tidak dilakukan:
Pertama, menanamkan rasa takut dan minder. Contohnya, mengancam anak agar berhenti menangis dengan cerita tentang hantu atau makhluk lain yang akan membawa pergi anak yang suka menangis. Hal ini menyebabkan anak tumbuh menjadi penakut dan takut pada hal-hal yang sebenarnya tidak perlu ditakuti. Ketakutan ini akan berlanjut hingga masa dewasa.
Baca juga: TK terdekat pilihan orang tua dari generasi ke generasi
Kedua, selalu memenuhi semua permintaan anak. Bukan semua keinginan anak bermanfaat atau sesuai dengan kebutuhan dan usianya. Orang tua seharusnya memenuhi kebutuhan anak, bukan keinginannya. Jika anak terbiasa mendapatkan semua yang diinginkannya, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak peduli pada nilai uang dan sulit mencari nafkah.
Ketiga, membiarkan anak menggunakan tangisan sebagai senjata untuk mendapatkan keinginannya. Jika setiap kali anak menangis permintaannya selalu dituruti, anak akan menjadi lemah, cengeng, dan kehilangan identitas diri. Tangisan tidak boleh menjadi alat untuk memenuhi keinginan anak.
Keempat, terlalu keras atau kaku dalam menghadapi anak. Kekerasan fisik dan psikis tidak boleh digunakan sebagai hukuman. Orang tua sebaiknya mencari penyebab kesalahan anak sebelum menghukum. Anak harus diajarkan mana yang baik dan mana yang buruk.
Kelima, hanya memperhatikan kebutuhan fisik anak. Selain kebutuhan fisik, perhatian pada kebutuhan rohani anak juga penting. Anak membutuhkan pendidikan agama dan perhatian kasih sayang.Kesebelas, membiarkan anak melakukan kesalahan atau berperilaku buruk tanpa memberi arahan. Anak harus diberi tahu mana yang baik dan tidak baik.Kedua belas, tidak memberi hadiah saat anak berperilaku baik. Anak perlu diberi penghargaan dan pujian saat berperilaku baik.
Keenam, terlalu banyak melarang anak. Terlalu banyak larangan membuat anak menjadi penakut dan tidak berani bereksplorasi.Keempat belas, terlalu banyak menuntut anak. Menuntut anak melebihi kemampuannya dapat membuat anak tertekan dan tidak berkembang dengan baik.
Ketujuh, tidak memberikan contoh yang baik. Orang tua harus memberikan contoh yang baik dalam perilaku dan tindakan.Keenambelas, menggunakan kekerasan fisik atau verbal di hadapan anak. Kekerasan dapat merusak perkembangan jiwa anak.Kedelapanbelas, kurangnya kekompakan dalam mendidik anak. Orang tua harus kompak dalam mendidik anak agar tidak ada perbedaan pendekatan yang membingungkan anak.
Kedelapan, menilai buruk dan menjelek-jelekkan anak. Menilai anak secara negatif terlebih dihadapan orang banyak dan ia mengetahui dapat merusak harga diri anak.Kedua puluh, mementingkan pendidikan umum daripada pendidikan agama. Pendidikan agama dan spiritual juga penting bagi perkembangan anak, tidak hanya pendidikan umum. Dengan pendidikan agama anak akan mengenal Tuhannya dan akan membentuknya menjadi pribadi yang tahu batasan halal haram sehingga bertumbuh dengan akhlak yang baik.
Dari berbagai hal di atas, kesalahan yang seringkali terjadi adalah komunikasi yang buruk antara orang tua dan anak. Keadaan yang demikian menjadi salah satu kesalahan utama dalam mendidik anak. Komunikasi yang tidak tepat meliputi perintah, menyalahkan, meremehkan, membandingkan, memberi cap, mengancam, menasihati, membohongi, menghibur, mengkritik, menyindir, dan menganalisis.
Dari kesalahan-kesalahan dalam mendidik anak tersebut, penting bagi orang tua untuk terus belajar dan memperoleh pengetahuan tentang pendidikan anak agar dapat menghindari kesalahan yang membuat hatinya hancur dan berdampak buruk pada masa depan anak.

